Suatu hari di kontrakanku di daerah Bintaro, hujan deras angin juga kenceng... segelas kopi dan rokok kretek sebatang kara menemani waktu menikmati tangisan langit dikipasi angin yang bersorak waktu itu. kupandangi kanvas kosong yang sudah kutempel didinding pake lakban rekat menyerupai bingkai dengan warna hitam sang lakban. kuperhatikan seperti ada guratan-guratan tak teratur disitu membentuk alurnya merayap memilin dan melipat, seperti ingin dilihat dan aku ikuti dengan tarikan garis tanpa henti terus merayap menemukan bentuknya sendiri. dalam proses itu hingga selesai selama hampir satu minggu hingga pewarnaannya, dalam ingatanku semua mengalir masa kecil, masa remaja masa itu dan masa dimana aku berada saat ini... terus melesat dari awal pertama kali aku mengingat kehidupan hingga jauh ke depan yang mungkin usiaku tak akan cukup untuk itu, semua itu terus mengisi kepala saat saatku mengerjakan lukisan ini. Aku mengerti jiwa itu tak akan mati hanya meninggalkan tubuh seperti cangkang kerang yang ditinggalkan penghuninya, secara fisik. Segala keceriaan dan kesedihan hidup tak mempengaruhi sedikitpun jiwa untuk menjadi ciut, dia abadi... dan dia tahu kemana harus kembali! itulah sedikit cerita tentang lukisanku ini, warnanya mengingatkanku akan perjalanan hidupku sendiri dan jiwa itu masih tetap setia tak sedikitpun ia berkhianat apalagi meninggalkanku sendiri. saat aku pandangi lukisan ini setelah selesai, "Eternal Soul" muncul tanpa rekayasa meringkus setiap bentuk dan warna didalamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar